06.43

Ernest Franscois Eugene Douwes Dekker

E.F.E. Douwes Dekker, Berjuang Melalui Ksatrian Institut

 
PENDIDIKAN

E.F.E. Douwes Dekker, Berjuang Melalui Ksatrian Institut
KabarIndonesia - Di Bandung pada 1924 didirikan Ksatrian Instituut oleh salah satu tokoh pergerakan nasional Indo-Belanda Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (E.F.E.) Douwes Dekker yang kemudian dikenal sebagai Dr. Danoedirdja Setiabudhi. Douwes Dekker lahir pada 8 Oktober 1879 di Pasuruan Jawa Timur, dari seorang ibu berdarah Indonesia dan ayah Belanda.

Setelah kembali dari pengasingannya di Belanda, Douwes Dekker, yang merupakan salah seorang mantan pemimpin Indische Partij ini berniat untuk menjadi guru pada sebuah sekolah rendah (sekolah dasar) yang dipimpin oleh Ny. H.E Meyer Elenbaas di Jalan Kebon Kelapa 17 Bandung. Niatnya ini terlaksana pada September 1922, setelah mendapat izin dari gubernur jenderal.

Pada 1923 muncul Preanger Instituut van de Vereeniging Volksonderwijs (Instituut Pengajaran Priangan dari Perkumpulan Pengajaran Rakyat di Bandung) dari bekas sekolah ini, dan kemudian ia menjadi kepala MULO (setara dengan SMP). Tujuan sekolah ini adalah memberikan kesempatan pendidikan yang luas kepada anak-anak pribumi.                                                              

Selanjutnya, lembaga ini dirubah oleh Douwes Dekker dengan nama Ksatrian Instituutpada November 1924. Di lembaga pendidikan inilah Douwes Dekker berusaha menanamkan jiwa nasionalisme kepada murid-muridnya. Seolah ini menjadi wadah baru baginya untuk bergerak “melawan kolonialisme dengan cara yang lain”.

Ksatrian Instituut ini menitikberatkan pada usaha pengajaran berdasar jiwa nasional dan pendidikan ke arah manusia yang berpikiran merdeka. Pada mulanya, Ksatrian Instituuthanya memiliki 60 orang murid saja di Bandung, tetapi semakin lama berkembang dan mempunyai sekolah rendah di daerah Ciwidey, Cianjur, dan Sukabumi. sekolah ini terbuka bagi orang-orang pribumi, peranakan Tionghoa, maupun Indo.            

Berbeda dengan lembaga pendidikan buatan pemerintah kolonial, Ksatrian Instituut lebih memiliki orientasi jauh ke depan. Mereka menyiapkan para lulusan sekolah rendah untuk menjadi orang-orang yang mempunyai kejuruan. Oleh sebab itu Moderne Middlelbare Handelsschool (MMHS), yang merupakan sekolah menengah dagang didirikan. Ini adalah sekolah dagang pertama di Hindia Belanda ketika itu.

Sebagai sebuah sekolah dagang tentu saja mengajarkan berbagai teori perdagangan, seperti psikologi perdagangan, bahasa yang diperlukan untuk melakukan perdagangan dengan bangsa lain, teknik dagang, sampai masalah periklanan (reklame). Selain itu, dibuka juga jurusan jurnalistik untuk murid-muridnya guna melahirkan jurnalis-jurnalis yang kritis dan berkepribadian nasional.

Di dalam MMHS pada 1 Agustus 1935 dibuka juga sekolah pendidikan guru. Sekolah guru ini dimaksudkan agar tercapai; pengajar-pengajar yang baik dan terspesialisasi; terbentuk dengan cepat bala-tentara guru: pendidikan yang murah, yang berarti keuntungan bagi negeri, gaji rendah, tempo yang lebih cepat untuk perluasan sekolah rakyat, dan dengan demikian menciptakan basis yang luas bagi perkembangan bangsa. Dengan dibukanya sekolah-sekolah lanjutan ini, para lulusannya dipersiapkan untuk mampu berdiri di atas kaki sendiri dan menjalani hidup tanpa membebani orang lain. 

Ksatrian Instituut juga berusaha mengalihkan tujuan pengajaran pada sekolah-sekolah pemerintah, yang hanya menimbulkan pengangguran dan mencetak pegawai negeri belaka. Masalah kesehatan siswa juga merupakan prioritas dari Ksatrian Instituut. Perguruan ini memiliki dokter pengawas kesehatan, dan tercatat sebagai sekolah yang mempunyai dokter pengawas anak-anak yang pertama di Hindia Belanda. 

Selain itu Ksatrian Instituut juga berusaha mandiri dengan menerbitan buku-buku pelajarannya sendiri. Buku-buku pelajaran yang dihasilkan di antaranya yaitu buku-buku bahasa, sejarah pertumbuhan lalu lintas di dunia, tata bahasa Jepang, sejarah kuno Indonesia, sejarah dunia, dan buku statistik. Pada Agustus 1937, Ksatrian Instituutjuga berhasil menerbitkan majalah murid dan orang tua yang berjudul De Ksatria, Maandblad van de Leerlingen van Alle Ksatrian Scholen en Hun Ouders, yang di pimpin oleh R.M.Hoedojo Hoeksamadiman.

Majalah ini selain berbicara mengenai berita-berita sekolah, juga memuat berita-berita umum, nasional dan internasional. Pada 1940, Douwes Dekker ditangkap oleh pemerintah kolonial. Pemerintah menuduhnya telah bekerjasama dengan Jepang. Tuduhan tersebut merupakan alasan yang dicari-cari untuk menangkapnya. Ia memang berencana untuk mengirim para pelajar lulusan Ksatrian Instituut ke Jepang, namun dia sama sekali tidak sepakat dengan ideologi fasisme. Karena keberadaannya sudah tidak memungkinkan lagi untuk memimpin Ksatrian Instituut, maka pada Februari 1941, ia mengalihkan keberlangsungan Ksatrian Instituut kepada isterinya, Ny.Johanna Petronella Douwes Dekker.

Setelah sekian tahun bangsa ini merdeka, namun sampai kini kita masih mempunyai problem pada dunia pendidikan. Keadaan bangunan sekolah yang tidak layak di daerah-daerah, biaya pendidikan yang membumbung tinggi, dan kesejahteraan pengajar yang kurang diperhatikan mewarnai alam pendidikan kita dewasa ini. Mudah-mudahan ini dapat menjadi inspirasi bagi kita untuk menyongsong kehidupan dunia pendidikan yang lebih baik di masa depan dan pemerintah lebih memperhatikan lagi dunia pendidikan kita. Semoga.   (*)

FANDY HUTARIPenulis Lepas. Menulis buku Sandiwara dan Perang; Politisasi Terhadap Aktifitas Sandiwara Modern Masa Jepang. 



Blog: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/
Alamat ratron (surat elektronik): 
redaksi@kabarindonesia.com 
Berita besar hari ini...!!! Kunjungi segera:http://www.kabarindonesia.com//

0 komentar:

calculator



I love indonesia



.............